Tradisi Ritual Cheng Beng di Selatpanjang Dibatalkan.

Senin, 30 Maret 2020 | 07:13:08 WIB

SELATPANJANG (Beritaintermezo.com)-Pelaksanaan tradisi ziarah kubur, atau dikenal dengan istilah Cheng Beng di Kota Selatpanjang, Kepulauan Meranti akhirnya dibatalkan.

Hal ini sempat menjadi pembicaraan dan kerisauan di tengah masyarakat, dimana ritual tahunan ini dilaksanakan saat adanya Pandemi Virus Corona.

Pembatalan ritual yang dianggap sakral bagi warga Tionghoa itu setelah Pemerintah Kecamatan Tebingtinggi bersama pimpinan Ormas Tionghoa melakukan rapat bersama di Kantor Camat Tebingtinggi, Selasa (24/3/2020) sore.

Adapun Ormas Tionghoa yang hadir saat itu diantaranya pengurus PSMTI, YSUBB, Tri Dharma, dan YPM.

Camat Tebingtinggi, Rayan Pribadi SH mengatakan rapat bersama itu dilakukan untuk menindaklanjuti hasil rapat bersama wakil Bupati.

Dikatakan Rayan, dalam rapat tersebut disepakati bahwa pelaksanaan ritual keagamaan Sembahyang Kubur (Cheng Beng) untuk tahun 2020 ditiadakan pelaksanaannya di pemakaman, dan untuk pelaksanaan ritual tersebut dilaksanakan di rumah masing-masing.

"Sudah kita sepakati bersama bahwa pelaksanaan tradisi Cheng Beng atau sembahyang Kubur bagi warga Tionghoa di pemakaman ditiadakan. pelaksanaannya dilaksanakan di rumah masing-masing. Dan keputusan itu berdasarkan musyawarah mufakat dengan kesadaran sendiri dari masing-masing Ormas Tionghoa setelah pemerintah kecamatan menjelaskan perkembangan terkait Corona virus," kata Rayan Pribadi.

Selain itu, Rayan juga meminta warga Tionghoa yang berada di luar Kepulauan Meranti untuk tidak pulang dulu sampai berakhirnya Pandemi virus Corona.

"Dan untuk warga Tionghoa yang berada di luar wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti untuk menahan diri tidak pulang sementara waktu sampai berakhirnya pandemi Virus Corona ini," ujar Rayan.

Untuk diketahui tradisi ziarah kubur, dikenal dengan istilah Cheng Beng di Kota Selatpanjang, Kepulauan Meranti menjadi momen bagi warga Tionghoa yang merantau keluar untuk pulang.

Sembahyang kubur menjadi salah satu tradisi keluarga keturunan yang cukup ramai mendatangkan pengunjung ke Selatpanjang setelah Imlek.

Hal inilah yang menjadi kekhawatiran tersendiri bagi pemerintah kecamatan dan masyarakat Selatpanjang, dimana Kota Selatpanjang yang menjadi gerbang utama masuk dari dan luar negeri menyebabkan daerah ini rawan terhadap sebaran virus mematikan itu. ***(karim)

Terkini