BUNGARAYA (Beritantermezo.com)-Calon Gubernur Riau nomor empat Arsyadjuliandi Rachman melakukan kampanye dialogis di Kecamatan Bunga Raya, salah satu lumbung padi di Kabupaten Siak, Ahad (18/4/2018).
Di lokasi ini, warga yang merupakan para petani berkeluh-kesah dengan Andi Rachman. Salah satunya soal Rice Milling Uniy atau Rice Processing Complex atau tempat pengolahan padi yang dilengkapi dengan pengering.
Poniman, salah satu petani mengatakan gara-gara tidak ada rice Miling ini, gabah basah petani dijual ke Sumatera Utara. Karena harga jualnya lebih mahal di sana.
"Hanya 20 persen saja, gabah petani Bunga Raya yang diolah dan dipasarkan dalam bentuk beras di Siak ini. Sebanyak 80 persen gabah basah diolah di Sumut. Setelah jadi beras, baru dijual lagi ke Riau. Ada yang dijual di Pekanbaru, ada yang masuk lagi ke Siak sudah beda merek," ujarnya.
Pihaknya sudah berkali kali meminta Pemerintah Kabupaten Siak terkait hal ini. Namun tidak pernah ada respon. Padahal, Pemerintah Kabupaten Siak selalu membanggakan Bunga Raya sebagai lumbung padi. "Tapi padinya tidak diolah di sini," ujarnya.
Ketika diolah di luar Siak, banyak sekali yang hilang mulai dari sekam hingga dedak. "Dedaknya pun tak ada lagi di sini. Sudah di Sumut semua," ujarnya.
Kepada Andi Rachman ia lanjut berkeluh kesah. Saat ini, ujarnya luas lahan sawah di Bunga Raya mencapai 2.000 hektare lebih. Dengan hasil 7 ton per hektare. Hasil ini diyakini melebihi produksi padi di daerah lain. Ada sekitar 14 ribu ton lebih produksi padi dari Bunga Raya.
"Tapi, besarnya produksi ini tidak dibarengi dengan peningkatan prasarana produksi paska panen. Harusnya sudah dari dulu dipikirkan Pemerintah Siak," ujarnya.
Menanggapi permintaan tersebut, Andi Rachman mengundang Ponimin ke kediamannya di Pekanbaru.
"Kita perlu bicara lebih serius lagi agar dapat gambaran yang lebih detail untuk pengembangan pengolahan padi paska panen. Intinya, jika memang memungkinkan, kenapa tidak kita bangun rice processing itu di Siak," ungkapnya. (rls)
Di lokasi ini, warga yang merupakan para petani berkeluh-kesah dengan Andi Rachman. Salah satunya soal Rice Milling Uniy atau Rice Processing Complex atau tempat pengolahan padi yang dilengkapi dengan pengering.
Poniman, salah satu petani mengatakan gara-gara tidak ada rice Miling ini, gabah basah petani dijual ke Sumatera Utara. Karena harga jualnya lebih mahal di sana.
"Hanya 20 persen saja, gabah petani Bunga Raya yang diolah dan dipasarkan dalam bentuk beras di Siak ini. Sebanyak 80 persen gabah basah diolah di Sumut. Setelah jadi beras, baru dijual lagi ke Riau. Ada yang dijual di Pekanbaru, ada yang masuk lagi ke Siak sudah beda merek," ujarnya.
Pihaknya sudah berkali kali meminta Pemerintah Kabupaten Siak terkait hal ini. Namun tidak pernah ada respon. Padahal, Pemerintah Kabupaten Siak selalu membanggakan Bunga Raya sebagai lumbung padi. "Tapi padinya tidak diolah di sini," ujarnya.
Ketika diolah di luar Siak, banyak sekali yang hilang mulai dari sekam hingga dedak. "Dedaknya pun tak ada lagi di sini. Sudah di Sumut semua," ujarnya.
Kepada Andi Rachman ia lanjut berkeluh kesah. Saat ini, ujarnya luas lahan sawah di Bunga Raya mencapai 2.000 hektare lebih. Dengan hasil 7 ton per hektare. Hasil ini diyakini melebihi produksi padi di daerah lain. Ada sekitar 14 ribu ton lebih produksi padi dari Bunga Raya.
"Tapi, besarnya produksi ini tidak dibarengi dengan peningkatan prasarana produksi paska panen. Harusnya sudah dari dulu dipikirkan Pemerintah Siak," ujarnya.
Menanggapi permintaan tersebut, Andi Rachman mengundang Ponimin ke kediamannya di Pekanbaru.
"Kita perlu bicara lebih serius lagi agar dapat gambaran yang lebih detail untuk pengembangan pengolahan padi paska panen. Intinya, jika memang memungkinkan, kenapa tidak kita bangun rice processing itu di Siak," ungkapnya. (rls)