JAKARTA (BI)-Wakil Ketua Komisi I DPR RI Satya Widya Yudha berharap pemerintah memaksimalkan peluang bisnis digital atau online untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Untuk itu, ekspansi ke luar negeri harus diatur UU, agar pengelolaannya terlindungi sekaligus bisa menarik dollar AS ke dalam negeri.
“Berkat iklim ekonomi yang kondusif saat ini dimana investasi asing dan domestik mencapai 11,8 % per tahun setara Rp 185,3 triliun kuartal pertama 2018. Itu menunjukkan minat investor sangat kuat dan menimbulkan optimisme target investasi langsung bisa tercapai,†tegas Satya di Kompleks Parlemen, Senayan Jakarta, Rabu (12/9/2018).
Menurut politisi Golkar itu, APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia) mencatat 143.26 juta orang Indonesia menggunakan internet pada akhir 2017. “Itu pasar potensial yang menggiurkan bagi perusahaan rintisan, online yang mimpi menjadi unicorn,†ujarnya.
Derasnya pertumbuhan ekonomi digital yang ditandai guyuran investasi investor global dengan mengantarkan startup menyandang status unicorn, yakni perusahaan dengan valuasi nilai lebih dari 1 miliar dollar AS. Dan, saat ini terdapat 4 unicorn Indonesia; Gojek, Tokopedia, Traveloka, dan Bukalapak.
Kehadiran unicorn itu sangat membantu pemerintah yang berusaha meningkatkan pertumbuhan ekonomi di tengah ketatnya iklim investasi global. “Kontribusi unicorn akan menjadi juru selamat perekonomian karena besarnya nilai konsumsi dan investasi yang dihasilkan dari berkembangnya ekonomi digital itu,†jelas Satya.
Satya mengakui jika Unicorn yang sedang bersinar adalah Gojek, yang didirikan oleh Nadiem Makarim tahun 2010. Gojek memiliki investasi seperti google (AS), dan ternyata sudah memiliki 2.900 karyawan di 3 negara, 65 juta pengguna, 1,2 juta mitra driver, 300 ribu merchant, dan tersebar di 75 kota dari Aceh hingga Papua.
Hanya saja kata Satya, di tengah rupiah yang tertekan dollar AS ini, ekspansi Gojek berseberangan dengan upaya pemerintah untuk menarik investasi asing. “Gojek membelanjakan 500 juta dollar AS untuk ekspansi ke 3 negara ASEAN (Vietnam, Thailand, dan Philipina),†katanya.
Karena itu dia mengusulkan pemerintah mengajukan RUU Unicorn ke DPR agar menjadi prioritas khusus untuk segera diundangkan, agar tidak ekspansi ke luar negeri. Sehingga dollar AS nya tidak lari ke luar negeri,†pungkasnya.
Namun, anggota Komisi XI DPR Eva Kusuma Sundari meminta agar ekspansi Gojek tidak dibebani dengan stabilitas rupiah. “Justru kita dorong agar Gojek ekspansi ke luar. Sebab, stabilisasi rupiah itu tugas pemerintah (Menkeu RI dan BI). Kita bangga kalau Gojek bisa hingga Vietnam dan Thailand,†kata politisi PDIP itu.
Menurut Eva, pemerintah tinggal optimalkan pajaknya. Seperti pajak google, facebook, twitter, dan bisnis online lainnya. Untuk itu pula, masyarakat harus memanfaatkan digitalisasi itu untuk bisnis, membangkitkan potriotisme untuk memperkuat rupiah dan bukannya dengan menyebar hoax,†pungkasnya. (Bir).
“Berkat iklim ekonomi yang kondusif saat ini dimana investasi asing dan domestik mencapai 11,8 % per tahun setara Rp 185,3 triliun kuartal pertama 2018. Itu menunjukkan minat investor sangat kuat dan menimbulkan optimisme target investasi langsung bisa tercapai,†tegas Satya di Kompleks Parlemen, Senayan Jakarta, Rabu (12/9/2018).
Menurut politisi Golkar itu, APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia) mencatat 143.26 juta orang Indonesia menggunakan internet pada akhir 2017. “Itu pasar potensial yang menggiurkan bagi perusahaan rintisan, online yang mimpi menjadi unicorn,†ujarnya.
Derasnya pertumbuhan ekonomi digital yang ditandai guyuran investasi investor global dengan mengantarkan startup menyandang status unicorn, yakni perusahaan dengan valuasi nilai lebih dari 1 miliar dollar AS. Dan, saat ini terdapat 4 unicorn Indonesia; Gojek, Tokopedia, Traveloka, dan Bukalapak.
Kehadiran unicorn itu sangat membantu pemerintah yang berusaha meningkatkan pertumbuhan ekonomi di tengah ketatnya iklim investasi global. “Kontribusi unicorn akan menjadi juru selamat perekonomian karena besarnya nilai konsumsi dan investasi yang dihasilkan dari berkembangnya ekonomi digital itu,†jelas Satya.
Satya mengakui jika Unicorn yang sedang bersinar adalah Gojek, yang didirikan oleh Nadiem Makarim tahun 2010. Gojek memiliki investasi seperti google (AS), dan ternyata sudah memiliki 2.900 karyawan di 3 negara, 65 juta pengguna, 1,2 juta mitra driver, 300 ribu merchant, dan tersebar di 75 kota dari Aceh hingga Papua.
Hanya saja kata Satya, di tengah rupiah yang tertekan dollar AS ini, ekspansi Gojek berseberangan dengan upaya pemerintah untuk menarik investasi asing. “Gojek membelanjakan 500 juta dollar AS untuk ekspansi ke 3 negara ASEAN (Vietnam, Thailand, dan Philipina),†katanya.
Karena itu dia mengusulkan pemerintah mengajukan RUU Unicorn ke DPR agar menjadi prioritas khusus untuk segera diundangkan, agar tidak ekspansi ke luar negeri. Sehingga dollar AS nya tidak lari ke luar negeri,†pungkasnya.
Namun, anggota Komisi XI DPR Eva Kusuma Sundari meminta agar ekspansi Gojek tidak dibebani dengan stabilitas rupiah. “Justru kita dorong agar Gojek ekspansi ke luar. Sebab, stabilisasi rupiah itu tugas pemerintah (Menkeu RI dan BI). Kita bangga kalau Gojek bisa hingga Vietnam dan Thailand,†kata politisi PDIP itu.
Menurut Eva, pemerintah tinggal optimalkan pajaknya. Seperti pajak google, facebook, twitter, dan bisnis online lainnya. Untuk itu pula, masyarakat harus memanfaatkan digitalisasi itu untuk bisnis, membangkitkan potriotisme untuk memperkuat rupiah dan bukannya dengan menyebar hoax,†pungkasnya. (Bir).