Karimun (Beritaintermezo.com)-Tanjungbalai Karimun yang berbatasan langsung dengan Malaysia menjadi sasaran empuk bagi sindikat jaringan narkotika internasional. Hampir semua pelaku penyelundup narkoba yang ditangkap polisi maupun petugas Bea Cukai di Karimun membawa barang haram itu dari Malaysia. Sindikat narkoba internasional itu memanfaatkan para Tenaga Kerja Indonesia (TKI) baik laki-laki maupun perempuan yang bekerja di Malaysia untuk menyelundupkan barang haram itu ke Karimun. Modus yang mereka lakukan sangat beragam, mulai dari menyimpannya dalam barang bawaan hingga memasukkan narkoba ke dalam tubuh manusia.
"Letak geografis Karimun yang berbatasan langsung dengan negara Malaysia, menjadikan daerah ini sasaran empuk bagi sindikat narkoba internasional. Para sindikat narkoba memanfaatkan TKI ilegal untuk menyelundupkan narkoba ke Karimun. Mereka kadang masuk lewat pelabuhan resmi, namun banyak juga melalui pelabuhan tikus," ungkap Kapolres Karimun AKBP Armaini di ruang kerjanya, Senin (5/12).
Kata Armaini, narkoba bisa masuk lewat pintu mana saja di Karimun. Karena, tidak sebandingnya jumlah aparat penegak hukum seperti polisi dan Bea Cukai dengan pintu masuk Karimun melalui pelabuhan tikus itu, makin memudahkan para sindikat melalui kurir yang mereka upah untuk menyelundupkan barang haram itu ke Karimun.
"Semua stakeholder terkait harus sama-sama menjaga semua pelabuhan tikus yang diduga menjadi pintu masuk bagi penyelundup narkoba di Karimun. Butuh kejelian aparat dan kerjasama masing-masing institusi. Tugas ini tidak bisa sendiri-sendiri dengan menunjukkan ego sektoral. Semua harus bersatu memberangus narkoba di Karimun," jelasnya.
Selain itu, para sindikat narkoba juga melakukan cara lain agar upaya mereka memasok narkoba berjalan mulus, seperti melakukan pendekatan emosional kepada masyarakat setempat. Bahkan, mereka tak segan-segan menikahi perempuan di Karimun. Setelah berbaur dengan warga, maka mereka makin leluasa menjalankan aksinya tersebut.
Upaya lainnya, ungkap Armaini, para sindikat narkoba bahkan dengan sengaja melakukan pendekatan kepada aparat. Tujuannya, agar mereka bisa mendapat perlindungan dari oknum aparat tersebut. Kendati begitu, segencar apapun upaya yang mereka lakukan, maka sekeras itu juga pimpinan institusi penegak hukum melindungi anggotanya dari sasaran para sindikat narkoba.
Diantara upaya itu, yang paling ekstrem dilakukan oleh para sindikat narkoba adalah dengan menjadikan para remaja, khususnya pelajar sebagai pemakai narkoba. Setelah mereka kecanduan dan sulit keluar dari lingkaran setan narkoba, maka para sindikat akan menjadikan mereka sebagai kaki tangan untuk mengedarkan narkoba di Karimun.
"Di Karimun ini terdapat sekitar 254 pulau dan yang berpenghuni sekitar 60 pulau. Kondisi seperti itu dimanfaatkan oleh para bandar memasukkan narkoba ke Karimun. Kami tak tahu dari pulau mana narkoba itu mereka masukkan. Namun, kami akan tetap terus menekan peredaran narkoba di daerah ini," ungkapnya.
Armaini menyebut, para bandar narkoba tidak pernah berhenti memperluas jaringannya untuk mengedarkan narkoba di Karimun. Mereka terus meracuni fikiran masyarakat dengan menyampaikan informasi tak benar tentang narkoba. Selain itu, mereka juga terus memperbarui modus penyelundupan narkoba ke Karimun.
"Para bandar juga selalu membuat modus baru untuk memasukkan narkoba dari ke Karimun. Modus terbaru adalah dengan cara menyimpan sabu-sabu di dalam bungkusan nasi Padang. Modus tersebut akhirnya terbongkar juga karena kejelian dari anggota kami untuk membongkar kasus itu," pungkasnya. (hkc/ham)
"Letak geografis Karimun yang berbatasan langsung dengan negara Malaysia, menjadikan daerah ini sasaran empuk bagi sindikat narkoba internasional. Para sindikat narkoba memanfaatkan TKI ilegal untuk menyelundupkan narkoba ke Karimun. Mereka kadang masuk lewat pelabuhan resmi, namun banyak juga melalui pelabuhan tikus," ungkap Kapolres Karimun AKBP Armaini di ruang kerjanya, Senin (5/12).
Kata Armaini, narkoba bisa masuk lewat pintu mana saja di Karimun. Karena, tidak sebandingnya jumlah aparat penegak hukum seperti polisi dan Bea Cukai dengan pintu masuk Karimun melalui pelabuhan tikus itu, makin memudahkan para sindikat melalui kurir yang mereka upah untuk menyelundupkan barang haram itu ke Karimun.
"Semua stakeholder terkait harus sama-sama menjaga semua pelabuhan tikus yang diduga menjadi pintu masuk bagi penyelundup narkoba di Karimun. Butuh kejelian aparat dan kerjasama masing-masing institusi. Tugas ini tidak bisa sendiri-sendiri dengan menunjukkan ego sektoral. Semua harus bersatu memberangus narkoba di Karimun," jelasnya.
Selain itu, para sindikat narkoba juga melakukan cara lain agar upaya mereka memasok narkoba berjalan mulus, seperti melakukan pendekatan emosional kepada masyarakat setempat. Bahkan, mereka tak segan-segan menikahi perempuan di Karimun. Setelah berbaur dengan warga, maka mereka makin leluasa menjalankan aksinya tersebut.
Upaya lainnya, ungkap Armaini, para sindikat narkoba bahkan dengan sengaja melakukan pendekatan kepada aparat. Tujuannya, agar mereka bisa mendapat perlindungan dari oknum aparat tersebut. Kendati begitu, segencar apapun upaya yang mereka lakukan, maka sekeras itu juga pimpinan institusi penegak hukum melindungi anggotanya dari sasaran para sindikat narkoba.
Diantara upaya itu, yang paling ekstrem dilakukan oleh para sindikat narkoba adalah dengan menjadikan para remaja, khususnya pelajar sebagai pemakai narkoba. Setelah mereka kecanduan dan sulit keluar dari lingkaran setan narkoba, maka para sindikat akan menjadikan mereka sebagai kaki tangan untuk mengedarkan narkoba di Karimun.
"Di Karimun ini terdapat sekitar 254 pulau dan yang berpenghuni sekitar 60 pulau. Kondisi seperti itu dimanfaatkan oleh para bandar memasukkan narkoba ke Karimun. Kami tak tahu dari pulau mana narkoba itu mereka masukkan. Namun, kami akan tetap terus menekan peredaran narkoba di daerah ini," ungkapnya.
Armaini menyebut, para bandar narkoba tidak pernah berhenti memperluas jaringannya untuk mengedarkan narkoba di Karimun. Mereka terus meracuni fikiran masyarakat dengan menyampaikan informasi tak benar tentang narkoba. Selain itu, mereka juga terus memperbarui modus penyelundupan narkoba ke Karimun.
"Para bandar juga selalu membuat modus baru untuk memasukkan narkoba dari ke Karimun. Modus terbaru adalah dengan cara menyimpan sabu-sabu di dalam bungkusan nasi Padang. Modus tersebut akhirnya terbongkar juga karena kejelian dari anggota kami untuk membongkar kasus itu," pungkasnya. (hkc/ham)