Kekhawatiran Hilang Karena Selalu Disemangati Mantan Pasien Sembuh Covid-19

Kamis, 29 Oktober 2020 | 11:32:52 WIB

Seperti biasanya Feri Siregar, pemuda 31 tahun yang tinggal di Marpoyan Pekanbaru tersebut melakukan aktifitasnya sebagai advokad. Jumpa dengan klien yang  satu dan lainnya sudah biasa dilakukannya. Sebagi pemuda yang  aktif di organisasi, selesai urusan kerja, masih Lanjut dengan teman-teman. Kegiatan itu menjadi aktifitas setiap harinya.

Walau dirinya tetap mempercayai adanya Corona virus Diasesa  (Covid-19). Namun tidak pernah terpikirkan olehnya, bahwa  penyakit yang melanda dunia ini akan menghinggapinya.

Dirinya tidak tau, dari siapa pastinya penyakit tersebut hinggap  kepadanya. Walaupun sebelumnya rekan seprovesinya telah terpapar dan menjadi salah satu pasien positif.

Sebelum ditetapkan positif berdasarkan hasil Sweb, dirinya telah melakukan rapit test sehari setelah melakukan tatap muka dengan rekannya. Namun hasil rapit tersebut menunjukkan negatif non reaktif yang membuat dirinya selalu percaya diri.

Seiring berjalannya waktu, diapun mengalami meriang. Namun, meriang tersebut dianggapnya sebagai demam biasa yang bisa diobati dengan obat di apotik. Kemudian menyusul dengan hidung tersumbat yang diikuti paru-paru kering. Walau demikian, Feri masih tetap berpikir positif dan mengkonsumsi obat dari apotik.

Waktu berjalan hingga dua pekan, Feri pun melakukan sweb setelah sebelumnya rekan kerjanya ditetapkan sebagai pasien positif  corona. Iapun melakukan sweb pada tanggal 5 September 2020.

Sambil menunggu hasil sweb, dirinya tetap melakukan aktifitas seperti biasanya.
Setelah tiga hari, sesuai prosedur medis, hasil sweb keluar pada  tanggal 7 September 2020. Klinik tempat dia di sweb memberitahukan melalui kontak telepon bahwa dirinya positif  
corona. Disusul kemudian pemberitahuan dari puskesmas tempat  tinggalnya. Dengan spontan, dia sontak sambil berpikir positif.

Tak ingin dihinggapi bayang-bayang ketakutan, dirinya kemudian  memutuskan untuk melakukan isolasi mandiri tanpa memberitahukan kepada siapun termasuk orang tuanya.

Untungnya dia tinggal sendiri di tempat kosnya, sehingga bisa  melakukan isolasi mandiri tanpa melibatkan orang. Dia kemudian melakukan belanja kebutuhan sebagai persiapan untuk isolasi  mandiri. Mulai dari kebutuhan sehari-hari, hingga suplemen penambah daya tahan tubuh.

"Setelah diberitahukan saya positif corona dari laboratorium,  kemudian ditelepon puskesma. saya masih berpikir positif dan  melakukan belanja persiapan isolasi mandiri. Semua persiapan dan  kebutuhan saya lengkapi sebelumnya," ujar Feri menceritakan

upaya dirinya melawan virus corona. Tidak mau tempat tinggalnya gusar akibat dirinya, diapun meminta   petugas kesehatan tidak melakukan aktifitas prosedur kesehatan.

Dirinya bertekan dapat melakukan isolasi mandiri tanpa menyebarkan virus corona terhadap tetangga.

Dengan koordinasi yang selalu dituntun petugas kesehatan melalui  jaringan telepon, pemuda berkulit sawo matang tersebut melakukan  isolasi mandiri.

Selama hampir tiga pekan, pintu depan rumah tidak terbuka  kecuali saat menerima pesanan gofood. Dia menghabiskan waktu didalam rumah dengan membuat kesibukan diri. Mulai dari mengapel rumah setiap paginya, menyuci baju, menyemprot ruangan dan berjemur.

Hari berlalu hari, aktifitas tersebut dijalaninya. Berpikir positif tetap dilakukannya. Walau androidnya terus berdering  silih berganti menghubunginya, namun hal itu diurungkannya untuk menjawab demi kebaikan bersama.

Para tetangga pun bertanya-tanya, pintu rumahnya terus tertutup  sementara mobilnya terus terparkir tidak seperti biasanya.

"Hanya satu orang yang tau, saya positif corona. Namun saya minta di rahasiakan demi kebaikan bersama. Pikiran saya tidak  semua tetangga bisa menerima penyakit ini. Sehingga akan menyebabkan suasana lain. Makanya saya minta dirahasiakan dengan  syarat saya bisa melakukan isolasi mandiri dengan disiplin," terang anak sulung dari tiga bersaudara ini.

Setelah melakukan isolasi mandiri selama delapan hari, Alumni Fakultas Hukum UIR ini kembali melakukan sweb dengan harapan  hasilnya negatif. Namun apa yang dipikirkannya terbalik dengan hasil sweb. Dokter laboratorium menyebut dirinya masih poitif  dan meminta meningkatkan isolasi mandiri dengan ketat.

Dirinya pun sempat down dengan hasil tersebut, karena usaha yang dilakukannya sudah maksimal. Iapun berpikir keras, langkah apa yang kurang dilakukan.

Kemudian petugas kesehatan dari puskesmas menghubunginya soal  perkembangannya. Selanjutnya petugas menyarankan untuk melakukan  penyemprotan seluruh ruangan dan media di rumahnya. Aktifitas tersebut menjadi rutinitas tambahan setiap harinya.

"Saya sempat down dengan hasil sweb kedua, karena saya sudah  maksimal melakukan isolasi mandiri, tetapi hasilnya masih positif. Saya tidak tau langkah apalagi yang harus saya lakukan," kata pemuda kelahiran Tahun 1989 ini.

Beruntung rekannya sudah ada yang sembuh dari serangan virus  corona tersebut. Dalam suasana down, rekannya menelpon dan memberi semangat.

"Tenang saja dek, tak usah khawatir, ini hanya menunggu waktu  dan perbanyak makan vitamin. Ini saya  sudah sehat dan baik-baik  saja," kata Feri menirukan percakapan rekannya Robin Edwar  yang sebelumnya positif corona.

Dengan dorongan semangat dari rekannya, dirinyapun kembali  berpikir positif untuk terus melawan virus corona itu. Aktifitas  olah raga dia perbanyak, kemudian melakukan koordinasi dengan  rekan-rekannya yang sebelumnya telah sembuh dari virus corona.

"Saya selalu telepon kawan-kawan yang sudah sembuh covid-19 ini  ada bang Robin Edwar, Bu Mega semuanya memberi  semangat. Saya juga selalu tanya bagaimana penanganan dirumah  sakit dan isolasi mandiri dirumah. Berkat dorongan semangat dari  rekan-rekan tersebut, saya semangat untuk melawannya," uraninya.

Tak ingin larut dalam suasana, semangat dari rekan-rekannya membuatnya bangkit dan terus berupaya melawan covid-19. Terpokus untuk penyembuhan, suplemen dan asupan-asupan giji lainnya dikonsumsi.

Walau hanya sendiri dirumah, tetapi protokol kesehatan tidak lupa darinya. Masker harus selalu dipakai, rajin mencuci tangan dan pembersihan dirumah.

"Saya harus ganti baju sampai lima kali sehari, dan paginya harus saya cuci sebagai tambahan olah raga. Tidak peduli hal-hal lain atau memikirkan diluar. Saya hanya fokus untuk kesembuhan,"  tambahnya.

setelah menjalani isolasi selama lima belas hari, pada hari ke lima belas dilakukan sweb ke tiga. Hasilnya negatif, baru dirinya lega.

"Setelah hasil laboratorium negatif, baru perasaan saya lega, seperti keluar dari penjara," sebutnya.

Namun demikian, untuk memastikan benar-benar sembuh dan tidak ingin mengkhawatirkan tetangga dan teman-temannya, isolasi mandiri tetap dilanjutkan beberapa hari walau sudah negatif. Telepon pun sudah mulai diterima.

"Sebelumnya saya tidak kasih tau sama orang tua, setelah saya sembuh, kakak itu (tetangga-red)  memberitahukan kepada orang tua. Kemudian mereka menelepon saya dan menangisi. Tetapi saya memastikan kesehatan kepada mereka," katanya.

Lepas dari corona tersebut, baru kemudian para tetangga dan rekan-rekannya mengetahui dirinya terkena virus corona.

"Ada yang saya kasih tau, dan ada yang sudah mengetahui. Tapi tidak ada lagi yang menjauh karena sudah sembuh," sebutnya.

Pemuda yang aktif dalam organisasi ini menghimbau dan meminta masyarakat untuk selalu taat dan mematuhi protokol kesehatan. Jangan ada lagi masyarakat yang selalu menggiring opini corona merupakan akal-akalan.

Masyarakat harus rajin memakai masker, menjaga jarak terutama menjaga stamina tubuh.

"Saya berbagi pengalaman, corona ada, makanya masyarakat harus menjaga stamina dan selalu mentaati protokol kesehatan, Jaga stamina tubuh dan tidak banyak begadang," pintanya.

Oleh karena pengalaman tersebut, dirinya juga sering mengingatkan temannya untuk selalu memakai masker. Karena imbas dari corona tersebut merupakan masyarakat banyak.

"Boleh saja keluarga kita dan lainnya, tanpa kita sadari menyebarkan virus,' katanya.***




Penulis : Jinto

Terkini