KARIMUN (Beritaintermezo.com)-Nelayan tradisional yang mendiami wilayah pesisir Karimun makin kesulitan untuk melaut. Pasaslnya, wilayah tangkapan mereka semakin sempit karena adanya aktivitas penimbunan atau reklamasi pantai oleh beberapa perusahaan galangan kapal maupun perusahaan penyimpanan BBM di Karimun.
"Wilayah pesisir pantai Pulau Karimun yang menjadi areal tangkapan nelayan tradisional sudah tak ada lagi, karena adanya aktivitas reklamasi oleh sejumlah perusahaan di daerah ini. Akibatnya, nelayan kecil tak bisa lagi melaut seperti dulu," ungkap Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Karimun Amirullah, Rabu (10/8).
Kata Amirullah, selain banyaknya reklamasi pantai, ternyata keberadaan kapal-kapal besar termasuk juga tongkang yang labuh jangkar di sekitar areal tangkap, makin menyulitkan mereka untuk melaut. Dampaknya, nelayan hasil tangkapan nelayan kecil makin menurun drastis, mahalan tak ada sama sekali yang bisa dibawa pulang.
"Kami meminta kepada pemerintah daerah agar memberikan batas yang jelas antara wilayah tangkapan nelayan tradisional dengan lokasi labuh jangkar kapal di perairan Karimun. Sebab, saya melihat selama ini kapal-kapal besar maupun tongkang dengan leluasa labuh jangkar di areal tangkap nelayan tradisional," tuturnya.
Bukan itu saja, aktivitas tambang di Karimun yang terus berlangsung makin menambah penderitaan nelayan tradisional di Karimun. Aktivitas tambang di laut hingga menimbulkan kerusakan padang lamun dan terumbu karang sebagai tempat pemijahan ikan, menjadikan berbagai jenis ikan karang menghilang.
"Semakin lama, jumlah tangkapan nelayan tradisional semakin menurun. Bahkan, tak jarang mereka hanya pulang membawa tangan kosong. Padahal, untuk pergi ke laut mereka harus mengeluarkan biaya cukup besar buat beli bahan bakar kapal. Terkadang, mereka harus meminjam modal dulu," terang Amirullah.
Menurutnya, minimnya jumlah tangkapan nelayan tradisional selain merugikan nelayan itu sendiri juga merugikan masyarakat Karimun secara umum. Sebabnya, menurunnya hasil tangkapan nelayan itu menjadikan langkanya jumlah ikan segar yang dijual di pasar tradisional maupun lapak penjual ikan yang ditemui di pinggir pantai.
"Biasanya, sehabis nelayan pulang melaut, mereka langsung menggelar hasil tangkapannya itu di pinggir laut. Dan, ikan yang mereka jual merupakan ikan segar karena baru saja mereka tangkap. Berbeda dengan ikan hasil tangkapan nelayan modern yang sudah berminggu-minggu berada di laut," jelas Amirullah lagi. (tambunan)
"Wilayah pesisir pantai Pulau Karimun yang menjadi areal tangkapan nelayan tradisional sudah tak ada lagi, karena adanya aktivitas reklamasi oleh sejumlah perusahaan di daerah ini. Akibatnya, nelayan kecil tak bisa lagi melaut seperti dulu," ungkap Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Karimun Amirullah, Rabu (10/8).
Kata Amirullah, selain banyaknya reklamasi pantai, ternyata keberadaan kapal-kapal besar termasuk juga tongkang yang labuh jangkar di sekitar areal tangkap, makin menyulitkan mereka untuk melaut. Dampaknya, nelayan hasil tangkapan nelayan kecil makin menurun drastis, mahalan tak ada sama sekali yang bisa dibawa pulang.
"Kami meminta kepada pemerintah daerah agar memberikan batas yang jelas antara wilayah tangkapan nelayan tradisional dengan lokasi labuh jangkar kapal di perairan Karimun. Sebab, saya melihat selama ini kapal-kapal besar maupun tongkang dengan leluasa labuh jangkar di areal tangkap nelayan tradisional," tuturnya.
Bukan itu saja, aktivitas tambang di Karimun yang terus berlangsung makin menambah penderitaan nelayan tradisional di Karimun. Aktivitas tambang di laut hingga menimbulkan kerusakan padang lamun dan terumbu karang sebagai tempat pemijahan ikan, menjadikan berbagai jenis ikan karang menghilang.
"Semakin lama, jumlah tangkapan nelayan tradisional semakin menurun. Bahkan, tak jarang mereka hanya pulang membawa tangan kosong. Padahal, untuk pergi ke laut mereka harus mengeluarkan biaya cukup besar buat beli bahan bakar kapal. Terkadang, mereka harus meminjam modal dulu," terang Amirullah.
Menurutnya, minimnya jumlah tangkapan nelayan tradisional selain merugikan nelayan itu sendiri juga merugikan masyarakat Karimun secara umum. Sebabnya, menurunnya hasil tangkapan nelayan itu menjadikan langkanya jumlah ikan segar yang dijual di pasar tradisional maupun lapak penjual ikan yang ditemui di pinggir pantai.
"Biasanya, sehabis nelayan pulang melaut, mereka langsung menggelar hasil tangkapannya itu di pinggir laut. Dan, ikan yang mereka jual merupakan ikan segar karena baru saja mereka tangkap. Berbeda dengan ikan hasil tangkapan nelayan modern yang sudah berminggu-minggu berada di laut," jelas Amirullah lagi. (tambunan)