Karimun (Beritaintermezo.com)-Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Karimun pada awal tahun 2017 ini menurun drastis dibandingkan awal tahun 2016 lalu.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Karimun di bulan Januari dan Februai 2017 ini ditemukan sebanyak 10 kasus. Jumlah ini jauh berkurang dibandingkan Januari 2016 yang sejumlah 104 kasus dan 62 kasus pada bulan Februarinya.
"Januari (2017) ini ada delapan kasus dan Februari ada dua. Ini jauh menurun dan kita harapkan kasus DBD ini dapat terus menurun," kata Kadinkes Kabupaten Karimun, Rahmadi yang dijumpai di kantornya, Jumat (10/2/2017).
Diketahui tingginya jumlah kasus DBD di Karimun dimulai sejak tiga tahun lalu. Bukan hanya di Karimun saja, namun di daerah lain di Kepri juga meningkat.
Pada tahun 2014 lalu tercatat sebanyak 309 kasus DBD ditemukan di Karimun. Pada tahun 2015 sebanyak 368 kasus dan di tahun 2016 kembali naik menjadi 424 kasus, yang mana enam korbannya meninggal dunia.
Rahmadi menjelaskan, pihaknya telah melakukan upaya penekanan jumlah kasus yang disebabkan gigitan nyamuk Aedes Aegepty tersebut. Sejak Oktober lalu Dinkes melalui Puskesmas mengajak aparat kelurahan, kantor desa, kecamatan dan masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan serta menerapkan program 3M.
"Tahun kemarin, di bulan Mei grafiknya sudah turun. Namun Agustus naik lagi dan jadi puncaknya. Makanya kita buat gerakan. Kita adakan pertemuan lintas masyarakat dan dilanjutkan dengan goro bersama mulai Oktober dan November lalu. Jadi memang kita push dan ini yang membuat penurunan," jelasnya.
Saat ini karena terbentur anggaran, Dinkes Karimun tidak lagi mempunyai petugas Juru Pemantau Jentik (Jumantik). Namun untuk kedepannya Dinkes akan membentuk jumantik dari para pelajar tingkat SD dan SMP.
Caranya, menurut Rahmadi, para pelajar melalui guru UKS akan diberikan pengetahuan mengenai bahaya, pencegahan serta cara menghadapi apabila ditemukan orang yang terindikasi terkena DBD. Dengan begitu mereka akan dapat memantau jentik nyamuk serta menerapkan 3M di rumah serta lingkungannya.
"Ini kita adopsi dari program di wilayah Jawa Barat yang berhasil. Tidak memerlukan biaya yang banyak dan hasilnya optimal. Rencananya akan kita laksanakan semasimal mungkin terhadap seluruh sekolah. Para siswa akan dapat mmantau 3M di rumah masing-masing. Mereka juga akan punya catatannya masing-masing," paparnya.
Kepada masyarakat, Rahmadi mengimbau agar dapat menjaga kebersihan lingkungan serta menerapkan program 3M. Ia berharap, walaupun ditemukan kasus namun tidak ada korban yang meninggal dunia.
"Maka masyarakat meskipun merasa saat ini kasus tidak banyak maka jangan terlena," imbaunya. (bt/tambunan)
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Karimun di bulan Januari dan Februai 2017 ini ditemukan sebanyak 10 kasus. Jumlah ini jauh berkurang dibandingkan Januari 2016 yang sejumlah 104 kasus dan 62 kasus pada bulan Februarinya.
"Januari (2017) ini ada delapan kasus dan Februari ada dua. Ini jauh menurun dan kita harapkan kasus DBD ini dapat terus menurun," kata Kadinkes Kabupaten Karimun, Rahmadi yang dijumpai di kantornya, Jumat (10/2/2017).
Diketahui tingginya jumlah kasus DBD di Karimun dimulai sejak tiga tahun lalu. Bukan hanya di Karimun saja, namun di daerah lain di Kepri juga meningkat.
Pada tahun 2014 lalu tercatat sebanyak 309 kasus DBD ditemukan di Karimun. Pada tahun 2015 sebanyak 368 kasus dan di tahun 2016 kembali naik menjadi 424 kasus, yang mana enam korbannya meninggal dunia.
Rahmadi menjelaskan, pihaknya telah melakukan upaya penekanan jumlah kasus yang disebabkan gigitan nyamuk Aedes Aegepty tersebut. Sejak Oktober lalu Dinkes melalui Puskesmas mengajak aparat kelurahan, kantor desa, kecamatan dan masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan serta menerapkan program 3M.
"Tahun kemarin, di bulan Mei grafiknya sudah turun. Namun Agustus naik lagi dan jadi puncaknya. Makanya kita buat gerakan. Kita adakan pertemuan lintas masyarakat dan dilanjutkan dengan goro bersama mulai Oktober dan November lalu. Jadi memang kita push dan ini yang membuat penurunan," jelasnya.
Saat ini karena terbentur anggaran, Dinkes Karimun tidak lagi mempunyai petugas Juru Pemantau Jentik (Jumantik). Namun untuk kedepannya Dinkes akan membentuk jumantik dari para pelajar tingkat SD dan SMP.
Caranya, menurut Rahmadi, para pelajar melalui guru UKS akan diberikan pengetahuan mengenai bahaya, pencegahan serta cara menghadapi apabila ditemukan orang yang terindikasi terkena DBD. Dengan begitu mereka akan dapat memantau jentik nyamuk serta menerapkan 3M di rumah serta lingkungannya.
"Ini kita adopsi dari program di wilayah Jawa Barat yang berhasil. Tidak memerlukan biaya yang banyak dan hasilnya optimal. Rencananya akan kita laksanakan semasimal mungkin terhadap seluruh sekolah. Para siswa akan dapat mmantau 3M di rumah masing-masing. Mereka juga akan punya catatannya masing-masing," paparnya.
Kepada masyarakat, Rahmadi mengimbau agar dapat menjaga kebersihan lingkungan serta menerapkan program 3M. Ia berharap, walaupun ditemukan kasus namun tidak ada korban yang meninggal dunia.
"Maka masyarakat meskipun merasa saat ini kasus tidak banyak maka jangan terlena," imbaunya. (bt/tambunan)