Natuna (Beritaintermezo.com)-Dalam peringatan hari buruh 1 Mei 2019 selayang cerita dari Pegawai PLN yang bertugas di Pulau Natuna, Pulau Cantik di Ujung Indonesia.
Terletak di ujung kepulauan Riau berbatasan langsung dengan laut Cina Selatan, banyak pegawai yang ditempatkan di Natuna dilanda rindu karena banyak juga yang meninggalkan keluarga sejenak untuk bertugas ke Natuna.
Menjaga kontinuitas keandalan listrik untuk puluhan ribu masyarakat di Pulau Natuna menjadi alasan pegawai PLN untuk tetap siaga dan ikhlas dalam menjalani profesinya.
Walaupun untuk berkumpul bersama keluarga, para pejuang kelistrikan ini harus menempuh perjalanan menyeberang pulau yang jaraknya ribuan mil, itupun jika cuaca memungkinkan mereka untuk pulang baik melalui kapal maupun pesawat terbang.
Namun niat ikhlas demi bekerja menerangi Pulau Terdepan dan Terluar Indonesia, menjadi semangat dan tekad untuk mereka.
Begitu pula yang dirasakan oleh Alfata, sudah sejak tahun 2016 lalu dia ditugaskan di Pulau Subi, salah satu Pulau kecil yang ada di sekitar Kabupaten Natuna.
Untuk pulang ke kota asalnya, Padang- Sumatera Barat, dia harus menempuh jalur laut, dan jalur yang di tempuh bisa dari dua arah, jalur yang pertama dari Kabupaten Natuna, dengan waktu tempuh perjalanan 8-9 jam. Ataupun jalur kedua melalui Kalimantan barat, dengan waktu tempuh kurang lebih 24 jam manggunakan kapal laut dengan rute satu kali dalam satu minggu.
Kehidupannya jauh dari kata mewah dan hiruk pikuk kota, bahkan jaringan internet pun belum menjangkau Pulau Subi. Hiburannya adalah deburan ombak pantai dan senda gurau dari sesama rekan sejawatnya.
"Seringkali hati ini berkata-kata pada saat situasi yang rumit. Namun semangat dan rasa kewajiban lah yang membuat kami masih bertahan. Sebab, sejak pertama kali beroperasinya listrik di pulau subi, saya dan 3 rekan lainnya yang bertugas menjaga pasokan listrik. Susah senang, suka cita, kami jalani bersama," Ungkap Alfata.***
Terletak di ujung kepulauan Riau berbatasan langsung dengan laut Cina Selatan, banyak pegawai yang ditempatkan di Natuna dilanda rindu karena banyak juga yang meninggalkan keluarga sejenak untuk bertugas ke Natuna.
Menjaga kontinuitas keandalan listrik untuk puluhan ribu masyarakat di Pulau Natuna menjadi alasan pegawai PLN untuk tetap siaga dan ikhlas dalam menjalani profesinya.
Walaupun untuk berkumpul bersama keluarga, para pejuang kelistrikan ini harus menempuh perjalanan menyeberang pulau yang jaraknya ribuan mil, itupun jika cuaca memungkinkan mereka untuk pulang baik melalui kapal maupun pesawat terbang.
Namun niat ikhlas demi bekerja menerangi Pulau Terdepan dan Terluar Indonesia, menjadi semangat dan tekad untuk mereka.
Begitu pula yang dirasakan oleh Alfata, sudah sejak tahun 2016 lalu dia ditugaskan di Pulau Subi, salah satu Pulau kecil yang ada di sekitar Kabupaten Natuna.
Untuk pulang ke kota asalnya, Padang- Sumatera Barat, dia harus menempuh jalur laut, dan jalur yang di tempuh bisa dari dua arah, jalur yang pertama dari Kabupaten Natuna, dengan waktu tempuh perjalanan 8-9 jam. Ataupun jalur kedua melalui Kalimantan barat, dengan waktu tempuh kurang lebih 24 jam manggunakan kapal laut dengan rute satu kali dalam satu minggu.
Kehidupannya jauh dari kata mewah dan hiruk pikuk kota, bahkan jaringan internet pun belum menjangkau Pulau Subi. Hiburannya adalah deburan ombak pantai dan senda gurau dari sesama rekan sejawatnya.
"Seringkali hati ini berkata-kata pada saat situasi yang rumit. Namun semangat dan rasa kewajiban lah yang membuat kami masih bertahan. Sebab, sejak pertama kali beroperasinya listrik di pulau subi, saya dan 3 rekan lainnya yang bertugas menjaga pasokan listrik. Susah senang, suka cita, kami jalani bersama," Ungkap Alfata.***