Pelalawan (Beritaintermezo.com)-DPRD Pelalawan yang dimotori komisi II meninjau langsung pembuangan Instalasi Pengelolaan Air Limbah PT RAPP, Selasa (20/3/18). Kunjungan tersebut, untuk memastikan pengelolahan IPAL berjalan normal paska 'blackout' yang dialami pembangkit listrik Riau Prima Energi (RPE).
Tampak hadir dari kunjungan ini, ketua komisi II, Habibi Hapri beserta anggota Baharudin, Agusrianto Agustinus, Ade Irawan, Indra Mansur, Afrizal. Dari komisi III dihadiri ketuanya, Imustiar, Replita dan perwakilan komisi 1, Nazzarudin Arnazh.
Menunggangi mobil masing-masing rombongan ini bertolak dari kantor DPRD Pelalawan pukul 11.30 WIB berakhir pukul 14.00 WIB. Sebelum turun langsung dan meninjau pengelohan IPAL, rombongan sempat malakukan audiensi dengan para petinggi PT RAPP. Setelah melakukan audiensi terkait banyak hal, termasuk ditemukan sejumlahkan ikan mati di kanal pembuangan limbah milik perusahaan ini paska tak tidak beroperasinya pabrik RAPP, seterusnya, rombongan bergerak ketitik pertama pengolahan IPAL.
Dititik pertama ini, tampak sebuah alat ukur yang ditancapkan kedalam air dari pembuangan IPAL. Tampak pula mesin digital bergerak turun naik mengukur dan mencatat kadar air yang aliri ke kanal membentang sepanjang lima kilo meter hingga ke bibir sungai Kampar di desa Sering kecamatan Pelalawan.
Kepada rombongan DPRD Pelalawan, salah seorang manejer PT RAPP membidangi masalah Limbah bernama Kasman, memberikan penjelasan terkait pengelolahan IPAL kala itu. Pada kesempatan tersebut, Kasman menjelaskan bahwa paska 'blackout' yang dialami RPE berimbas kepada tidak beroperasinya, pabrik termasuk pengolahan IPAL terhenti.
Tidak itu saja katanya, air pengolahan dari IPAL berhenti mengalir ke kanal pembuangan sehingga membikin kanal mengering. "Jadi ikan-ikan hidup segar dan berkembang biak yang berada dikanal kekurangan oksigen menjadi mati," tandasnya. Namun setelah RPE kembali normal, pengolahan IPAL berjalan dan air mengalir kembali ke kanal pembuangan. Pada kesempatan itu pula delegasi PT RAPP ini menunjukkan kepada rombongan sebuah kolam yang berisi ikan yang hidup segar.
Manajer PT RAPP Wan Muhammad Jack pada kesempatan tersebut mengatakan sejak terjadinya gangguan pada pembangkit listrik pada Rabu lalu dan terputusnya suplai listrik, otomatis menghentikan seluruh kegiatan operasional di pabrik PT RAPP. Terhentinya aktifitas di pabrik tentu saja juga menghentikan proses di instalasi pengolahan air limbah (IPAL), sehingga air yang biasanya mengalir ke kanal outlet juga terhenti, hal ini berakibat pada penurunan debit air di kanal outlet tersebut.
Penurunan debit atau volume air tersebut, mengakibatkan berkurangnya kandungan oksigen pada kanal outlet yang berpengaruh terhadap biota ikan di kanal tersebut. Namun demikian katanya, PT RAPP memiliki komitmen yang kuat dalam melakukan pemantauan dan pengawasan sistem pengolahan limbah secara berkala. Pengawasan ekstra terus dilakukan di kanal outlet, guna memastikan kualitas air masih berada dalam batas baku mutu yang ditetapkan pemerintah. Perusahaan juga melakukan koordinasi intensif dengan Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Pelalawan, terkait hal ini.
Sementara itu ketua komisi II DPRD Pelalawan, Habibi Hapri, SH tujuan kunjungan DPRD Pelalawan pada kesempatan tersebut adalah sebagai bentuk tugas dan pengawasan DPRD. "Tujuan kita turun kelapangan adalah sebagai bentuk pengawasan DPRD terhadap persoalan yang dialami PT RAPP," tandasnya.(rtc/hen)
Tampak hadir dari kunjungan ini, ketua komisi II, Habibi Hapri beserta anggota Baharudin, Agusrianto Agustinus, Ade Irawan, Indra Mansur, Afrizal. Dari komisi III dihadiri ketuanya, Imustiar, Replita dan perwakilan komisi 1, Nazzarudin Arnazh.
Menunggangi mobil masing-masing rombongan ini bertolak dari kantor DPRD Pelalawan pukul 11.30 WIB berakhir pukul 14.00 WIB. Sebelum turun langsung dan meninjau pengelohan IPAL, rombongan sempat malakukan audiensi dengan para petinggi PT RAPP. Setelah melakukan audiensi terkait banyak hal, termasuk ditemukan sejumlahkan ikan mati di kanal pembuangan limbah milik perusahaan ini paska tak tidak beroperasinya pabrik RAPP, seterusnya, rombongan bergerak ketitik pertama pengolahan IPAL.
Dititik pertama ini, tampak sebuah alat ukur yang ditancapkan kedalam air dari pembuangan IPAL. Tampak pula mesin digital bergerak turun naik mengukur dan mencatat kadar air yang aliri ke kanal membentang sepanjang lima kilo meter hingga ke bibir sungai Kampar di desa Sering kecamatan Pelalawan.
Kepada rombongan DPRD Pelalawan, salah seorang manejer PT RAPP membidangi masalah Limbah bernama Kasman, memberikan penjelasan terkait pengelolahan IPAL kala itu. Pada kesempatan tersebut, Kasman menjelaskan bahwa paska 'blackout' yang dialami RPE berimbas kepada tidak beroperasinya, pabrik termasuk pengolahan IPAL terhenti.
Tidak itu saja katanya, air pengolahan dari IPAL berhenti mengalir ke kanal pembuangan sehingga membikin kanal mengering. "Jadi ikan-ikan hidup segar dan berkembang biak yang berada dikanal kekurangan oksigen menjadi mati," tandasnya. Namun setelah RPE kembali normal, pengolahan IPAL berjalan dan air mengalir kembali ke kanal pembuangan. Pada kesempatan itu pula delegasi PT RAPP ini menunjukkan kepada rombongan sebuah kolam yang berisi ikan yang hidup segar.
Manajer PT RAPP Wan Muhammad Jack pada kesempatan tersebut mengatakan sejak terjadinya gangguan pada pembangkit listrik pada Rabu lalu dan terputusnya suplai listrik, otomatis menghentikan seluruh kegiatan operasional di pabrik PT RAPP. Terhentinya aktifitas di pabrik tentu saja juga menghentikan proses di instalasi pengolahan air limbah (IPAL), sehingga air yang biasanya mengalir ke kanal outlet juga terhenti, hal ini berakibat pada penurunan debit air di kanal outlet tersebut.
Penurunan debit atau volume air tersebut, mengakibatkan berkurangnya kandungan oksigen pada kanal outlet yang berpengaruh terhadap biota ikan di kanal tersebut. Namun demikian katanya, PT RAPP memiliki komitmen yang kuat dalam melakukan pemantauan dan pengawasan sistem pengolahan limbah secara berkala. Pengawasan ekstra terus dilakukan di kanal outlet, guna memastikan kualitas air masih berada dalam batas baku mutu yang ditetapkan pemerintah. Perusahaan juga melakukan koordinasi intensif dengan Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Pelalawan, terkait hal ini.
Sementara itu ketua komisi II DPRD Pelalawan, Habibi Hapri, SH tujuan kunjungan DPRD Pelalawan pada kesempatan tersebut adalah sebagai bentuk tugas dan pengawasan DPRD. "Tujuan kita turun kelapangan adalah sebagai bentuk pengawasan DPRD terhadap persoalan yang dialami PT RAPP," tandasnya.(rtc/hen)