Rohul (Beritaintermezo.com)-lagi-lagi Keluhan harga karet semakin banyak bermunculan, kini dari anak petani karet di kecamatan Rokan IV Koto kabupaten Rokan Hulu (Rohul), Manda Satu diantara anak seorang petani karet yang mengeluhkan harga karet yang kian anjlok.
Hingga saat ini dirinya tidak mengerti apa penyebabnya harga komuditi tanaman karet tak kunjung naik, padahal, untuk tanaman kelapa sawit harga saat ini kian meningkat.
Manda menambahakan, anjloknya harga karet menyebabkan dirinya terpaksa berhenti dari bangku perkuliahan, pasalnya orang tua di kampung tidak lagi sanggup untuk membiayai perkuliahannya di salah satu perguruan tinggi Swasta di Riau.
"Ya mau gimana lagi mas, orang tua gak mampu untuk biayain, pemerintah daerah juga gak ada solusi, pak presiden, tolong naikin harga karet biar saya bisa kuliah lagi," katanya, Senin (22/2/2016).
Dirinya sangat mengharapkan, harga karet kembali pada harga semula sekitar Rp.10 ribu. Dengan begitu dirinya bisa kuliah kembali. Saat ini harga karet hanya berkisar di Rp. 4 ribu, dengan keadaan itu, keperluan keluarga saja belum tercukupi ditambah biaya kuliah.
Manda menjelaskan, saat ini dirinya mencoba untuk bekerja, untuk melanjutkan kuliahnya. Sehingga , apa yang dicita-citakanya bisa terwujud.
Bukan hanya Manda, Ahmad Saputra anak seorang petani karet di kecamatan Rambah Hilir juga mengeluh akan rendahnya harga karet. Ditempatnya, harga karet tidak mencapai Rp.4 ribu, melainkan masih di kisaran Rp.3.500.
Dengan harga yang begitu murah, dirinya khawatir, pendidikannya akan terhenti setelah tamat Sekolah menengah Atas (SMA). Untuk itulah dirinya meminta kepada pemerintah untuk segera menaikan harga karet.
"Kasianilah kami pak, kami juga mau harga keret naik seperti harga Sawit. Kalau gini terus gimana kami mau sekolah sampai perguruan tinggi," ucapnya.
Ahmad menjelaskan, jika harga karet tak kunjung naik, sudah bisa dipastikan dirinya tidak akan bisa menuntut ilmu sampai ke jenjang perguruan tinggi.
Bahkan, di akun jejaring sosial, tampak seorang anak yang memgang poster, untuk meminta kepada pak presiden agar harga karet dinaikan.
"Pak presiden tolong naikan harga karet, biar kami bisa makan nasi, nasi, bosan makan gadung," tulisan di poster anak laki-laki.
Hingga saat ini dirinya tidak mengerti apa penyebabnya harga komuditi tanaman karet tak kunjung naik, padahal, untuk tanaman kelapa sawit harga saat ini kian meningkat.
Manda menambahakan, anjloknya harga karet menyebabkan dirinya terpaksa berhenti dari bangku perkuliahan, pasalnya orang tua di kampung tidak lagi sanggup untuk membiayai perkuliahannya di salah satu perguruan tinggi Swasta di Riau.
"Ya mau gimana lagi mas, orang tua gak mampu untuk biayain, pemerintah daerah juga gak ada solusi, pak presiden, tolong naikin harga karet biar saya bisa kuliah lagi," katanya, Senin (22/2/2016).
Dirinya sangat mengharapkan, harga karet kembali pada harga semula sekitar Rp.10 ribu. Dengan begitu dirinya bisa kuliah kembali. Saat ini harga karet hanya berkisar di Rp. 4 ribu, dengan keadaan itu, keperluan keluarga saja belum tercukupi ditambah biaya kuliah.
Manda menjelaskan, saat ini dirinya mencoba untuk bekerja, untuk melanjutkan kuliahnya. Sehingga , apa yang dicita-citakanya bisa terwujud.
Bukan hanya Manda, Ahmad Saputra anak seorang petani karet di kecamatan Rambah Hilir juga mengeluh akan rendahnya harga karet. Ditempatnya, harga karet tidak mencapai Rp.4 ribu, melainkan masih di kisaran Rp.3.500.
Dengan harga yang begitu murah, dirinya khawatir, pendidikannya akan terhenti setelah tamat Sekolah menengah Atas (SMA). Untuk itulah dirinya meminta kepada pemerintah untuk segera menaikan harga karet.
"Kasianilah kami pak, kami juga mau harga keret naik seperti harga Sawit. Kalau gini terus gimana kami mau sekolah sampai perguruan tinggi," ucapnya.
Ahmad menjelaskan, jika harga karet tak kunjung naik, sudah bisa dipastikan dirinya tidak akan bisa menuntut ilmu sampai ke jenjang perguruan tinggi.
Bahkan, di akun jejaring sosial, tampak seorang anak yang memgang poster, untuk meminta kepada pak presiden agar harga karet dinaikan.
"Pak presiden tolong naikan harga karet, biar kami bisa makan nasi, nasi, bosan makan gadung," tulisan di poster anak laki-laki.