Karimun (Beritaintermezo.com)-Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Karimun bakal menjadikan Pulau Kundur sebagai kawasan agrowisata atau wisata pertanian di daerah itu. Saat ini, Pemkab Karimun tengah menyiapkan sebuah konsep untuk menyiapkan pulau terbesar di Kabupaten Karimun tersebut sebagai sentra pertanian secara luas. "Tim peneliti dan Deputi Kementerian Pertanian telah turun ke Kundur. Setelah melihat potensi yang ada di daerah itu, mereka akan menjadikan Karimun sebagai daerah perbatasan untuk ekspor pangan. Saya bilang kepada mereka, kami siap untuk itu. Namun sebelum sampai pada tahap ekspor, kami ingin mencukupi kebutuhan lokal dulu," ungkap Bupati Karimun Aunur Rafiq, Minggu (7/5). Kata Rafiq, setelah kebutuhan pangan masyarakat Karimun terpenuhi, maka Pemkab Karimun akan terus mengembangkan hasil pertanian di Kundur untuk di ekspor. Untuk sampai ke tahapan eskpor, yang diperlukan itu adalah kualitas, bukan kwantitas. Disamping soal ketetapan harga pangan. "Kami sudah bicara dengan teman-teman di tim peneliti, deputi dan Dinas Pertanian Kabupaten Karimun untuk membahas ini. Karena, kita tidak hanya sebagai daerah produksi tapi juga sebagai daerah penampung. Pulau Karimun dan Kundur mendapat pasokan padi dari Pulau Burung dan Pulau Guntung, kemudian diolah di Karimun," jelas Rafiq. Menurutnya, pemerintah pusat sudah menyetujui bahkan mendorong Karimun sebagai daerah pengekspor pangan ke negara luar, meskipun daerah tersebut bukan sebagai produsen melainkan hanya sebagai pengolah bahan pangan. Tentu saja, hasil olahan pangan yang ada memiliki kualitas yang sangat baik. "Bukan hanya di tingkat pemerintah sendiri, untuk swasta kita dorong juga, bahkan ada yang lahanya 275 hektar swasta juga tertarik. Kalau mereka ingin investasi disini, ya harus kita dorong. Kita ingin sistem inti plasma. Investor sebagai inti dan masyarakat kita sebagai plasma. Kalau sudah ada inti, mereka bisa tampung. Kalau tak ada inti, kita kesulitan untuk pemasaran," terangnya. Aunur Rafiq menyebut, komoditas unggulan yang akan mulai dikembangkan di Pulau Kundur adalah sayur-sayuran seperti bawang, jagung, padi dan nenas. Selama ini, yang baru ditanam di Kundur adalah padi, jagung dan nenas. Hanya saja, untuk nenas masih memenuhi kebutuhan lokal seperti ke Batam. "Nenas memang salah satu komoditas unggulan di Kundur. Hanya saja, selama ini untuk nenas kesulitan mencari pemasaran. Selama ini baru mampu memenuhi kebutuhan Batam, kalau untuk ekspor harus ada pasarnya. Untuk nenas, sudah ada lahan seluas 400 hingga 600 hektar. Sekarang lahan itu dilarikan ke sawit," tuturnya. Rafiq menjelaskan, selain potensi pertanian, Kundur juga memiliki buah yang sangat terkenal yakni durian. Namun, karena durian Kundur tidak berbuah rutin hanya berbuah dua kali setahun. Selain itu, juga ada keterbatasan jumlah dan juga kurangnya promosi pada saat dipanen. Produksinya tidak sampai memenuhi kebutuhan daerah luar seperti Jakarta. Hanya cukup sampai ke Batam. "Untuk itulah, saya pernah menyarankan kepada pemilik lahan untuk mengembangkan, khususnya durian yang berkualitas baik seperti sangking dan XO. Bagi saya, untuk waktu 5 tahun tidak terlalu lama. Karena, buah tersebut merupakan tanaman tahunan, tapi memiliki harga yang Insya Allah semakin baik," tutupnya. (Hk/tambunan)