Siantar (Beritaintermezo.com)-Kantor Pusat Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS) disatroni maling. Para pelaku berhasil membobol brankas dan membawa kabur uang tunai Rp80 juta. Uang itu harusnya untuk pembayaran gaji para pendeta GKPS dan pegawai.
Pantauan METRO SIANTAR, Rabu (25/5) pagi, setelah kejadian pencurian itu diketahui, para pegawai serta pengurus kantor langsung berkumpul dan menghubungi personel polisi supaya datang ke kantor yang terletak di Jalan Pdt J Wismar Saragih tersebut.
Tidak berapa lama, personel Polresta Siantar dan Polsek Siantar Utara turun ke lokasi, langsung melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP).
Di lokasi kantor, brankas yang berhasil dibobol para pelaku terlihat tergeletak di depan ruangan keuangan. Kondisi brankas besi berwarna kuning itu sudah terbuka dan gemboknya rusak. Tidak hanya itu, sejumlah ruangan yang ada di kantor juga terlihat acak-acakan, termasuk ruangan Sekjen GKPS Pdt Paul Ultrich Munthe. Bahkan jendela di ruangan Sekjen terbuka dan jerajaknya rusak.
Anehnya, tidak satupun pintu masuk ke kantor itu yang rusak.Belum diketahui pasti kapan kejadian itu berlangsung. Namun kuat dugaan, para pelaku masuk dari jendela ruangan Sekjen GKPS. Pasalnya, terdapat bercak kaki pada dinding yang ada di bawah jendela itu.
Ditemui di lokasi kejadian, Hotman Tambunan, penjaga kantor Pusat GKPS sekaligus orang yang pertama mengetahui peristiwa itu, mengaku mengetahui kantor tersebut sudah dibobol maling, Rabu (25/5) sekira pukul 07.00 WIB.
“Tiap pagi memang aku yang buka semua pintu. Sewaktu kubuka pintu, nggak ada satu pun yang rusak. Tapi waktu masuk ke dalam kantor, kulihat sudah acak-acakan. Brankas itu juga sudah di luar. Brankas itu sebelumnya disimpan di ruang keuangan,” ujarnya.
Mengetahui hal itu, Hotman kemudian melapor kepada petugas keamanan lain. “Langsung melapor juga aku ke sekuriti. Terus kami laporkan ke pengurus-pengurus yang lain,” lanjutnya.
Ditanya apakah pintu ruangan yang ada di kantor tersebut memang tidak dikunci, Hotman membenarkannya. “Ada beberapa ruangan yang dikunci dan ada yang tidak dikunci. Kalau ruangan keuangan tempat brankas itu dikunci. Semua pintu masuk ke kantor juga dikunci,” jelasnya.
Hotman mengungkapkan, sehari sebelumnya yakni Selasa (24/5), ia mengunci pintu masuk kantor sekira pukul 24.00 WIB. Dan setelah itu, Hotman mengaku tidak mendengar suara apa-apa. “Jam 12 malam aku kunci semua pintu masuk. Nggak ada aku dengar suara apa-apa tadi malam,” ucapnya.
Selama 5 tahun bekerja sebagai penjaga kantor itu, Hotman mengatakan bahwa hal itu baru kali pertama terjadi. “Sudah 5 tahun aku kerja di sini, tapi baru kali ini dibongkar maling,” pungkasnya.
Masih di lokasi yang sama, Yan Munthe, pegawai bagian Departemen Persekutuan menjelaskan, uang yang berhasil dibawa kabur para pelaku itu merupakan uang untuk gaji para pendeta GKPS di seluruh Indonesia.
Yan menambahkan, brankas itu sebelumnya disimpan di ruang Kabag Perbendaharaan, Ivo Maria br Saragih. “Uang itu untuk gaji Pendeta GKPS yang ada di seluruh Indonesia. Untuk gaji pegawai di kantor ini juga. Ada 42 orang pegawai di sini. Kalau ada program kerja, dananya juga pakai uang itu,” jelasnya.
Kapolsek Siantar Utara AKP Poltak Simatupang membenarkan adanya kejadian itu. “Kasusnya sudah kita tangani. Kita sudah melakukan olah TKP dan kasusnya sekarang masih dalam penyelidikan,” ucapnya. (msc/bic)
Pantauan METRO SIANTAR, Rabu (25/5) pagi, setelah kejadian pencurian itu diketahui, para pegawai serta pengurus kantor langsung berkumpul dan menghubungi personel polisi supaya datang ke kantor yang terletak di Jalan Pdt J Wismar Saragih tersebut.
Tidak berapa lama, personel Polresta Siantar dan Polsek Siantar Utara turun ke lokasi, langsung melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP).
Di lokasi kantor, brankas yang berhasil dibobol para pelaku terlihat tergeletak di depan ruangan keuangan. Kondisi brankas besi berwarna kuning itu sudah terbuka dan gemboknya rusak. Tidak hanya itu, sejumlah ruangan yang ada di kantor juga terlihat acak-acakan, termasuk ruangan Sekjen GKPS Pdt Paul Ultrich Munthe. Bahkan jendela di ruangan Sekjen terbuka dan jerajaknya rusak.
Anehnya, tidak satupun pintu masuk ke kantor itu yang rusak.Belum diketahui pasti kapan kejadian itu berlangsung. Namun kuat dugaan, para pelaku masuk dari jendela ruangan Sekjen GKPS. Pasalnya, terdapat bercak kaki pada dinding yang ada di bawah jendela itu.
Ditemui di lokasi kejadian, Hotman Tambunan, penjaga kantor Pusat GKPS sekaligus orang yang pertama mengetahui peristiwa itu, mengaku mengetahui kantor tersebut sudah dibobol maling, Rabu (25/5) sekira pukul 07.00 WIB.
“Tiap pagi memang aku yang buka semua pintu. Sewaktu kubuka pintu, nggak ada satu pun yang rusak. Tapi waktu masuk ke dalam kantor, kulihat sudah acak-acakan. Brankas itu juga sudah di luar. Brankas itu sebelumnya disimpan di ruang keuangan,” ujarnya.
Mengetahui hal itu, Hotman kemudian melapor kepada petugas keamanan lain. “Langsung melapor juga aku ke sekuriti. Terus kami laporkan ke pengurus-pengurus yang lain,” lanjutnya.
Ditanya apakah pintu ruangan yang ada di kantor tersebut memang tidak dikunci, Hotman membenarkannya. “Ada beberapa ruangan yang dikunci dan ada yang tidak dikunci. Kalau ruangan keuangan tempat brankas itu dikunci. Semua pintu masuk ke kantor juga dikunci,” jelasnya.
Hotman mengungkapkan, sehari sebelumnya yakni Selasa (24/5), ia mengunci pintu masuk kantor sekira pukul 24.00 WIB. Dan setelah itu, Hotman mengaku tidak mendengar suara apa-apa. “Jam 12 malam aku kunci semua pintu masuk. Nggak ada aku dengar suara apa-apa tadi malam,” ucapnya.
Selama 5 tahun bekerja sebagai penjaga kantor itu, Hotman mengatakan bahwa hal itu baru kali pertama terjadi. “Sudah 5 tahun aku kerja di sini, tapi baru kali ini dibongkar maling,” pungkasnya.
Masih di lokasi yang sama, Yan Munthe, pegawai bagian Departemen Persekutuan menjelaskan, uang yang berhasil dibawa kabur para pelaku itu merupakan uang untuk gaji para pendeta GKPS di seluruh Indonesia.
Yan menambahkan, brankas itu sebelumnya disimpan di ruang Kabag Perbendaharaan, Ivo Maria br Saragih. “Uang itu untuk gaji Pendeta GKPS yang ada di seluruh Indonesia. Untuk gaji pegawai di kantor ini juga. Ada 42 orang pegawai di sini. Kalau ada program kerja, dananya juga pakai uang itu,” jelasnya.
Kapolsek Siantar Utara AKP Poltak Simatupang membenarkan adanya kejadian itu. “Kasusnya sudah kita tangani. Kita sudah melakukan olah TKP dan kasusnya sekarang masih dalam penyelidikan,” ucapnya. (msc/bic)