Jakarta (Beritaintermezo.com)-Presiden Joko Widodo mengaku kecewa atas operasi tangkap tangan (OTT) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terhadap Direktur Jenderal Perhubungan Laut Antonius Tonny Budiono. Jokowi mengingatkan kepada seluruh pejabat negara agar tidak ada lagi yang berani melakukan korupsi.
"Ya sangat mengecewakan dan perlu saya ingatkan kepada seluruh pejabat agar tidak melakukan itu (korupsi) lagi," kata Jokowi di Monas, Jakarta, Minggu (27/8) seperti dilansir Mederka.com.
Jokowi menyatakan, telah berulang kali meminta agar seluruh lembaga negara memperbaiki sistem. Akan tetapi, dia mengakui masalah korupsi kembali kepada integritas dan moralitas para pejabat meski sistem telah terbangun dengan baik.
"Dan berkali-kali saya sampaikan perbaiki sistem, perbaiki sistem. Tapi juga ini terkait dengan integritas, moralitas dari pejabat kita," tegasnya.
"Yang sudah ditangkap baik OTT atau saber pungli kan sudah bukan puluhan, sudah ratusan atau mungkin bahkan ribuan. Tapi menyangkut orang kan," sambung mantan Wali kota Solo itu.
Diketahui, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menangkap tangan orang nomor satu di direktorat tersebut. Antonius Tonny Budiono yang dulu bicara tegas soal kasus pungli yang menjerat anak buahnya, kini justru ditangkap dan ditetapkan sebagai tersangka atas kasus suap proyek pengerukan pelabuhan Tanjung Mas Semarang dari tahun 2016 hingga 2017. Tidak hanya Tonny, Komisaris PT Adhi Guna Keruktama, Adiputra Kurniawan juga ditetapkan sebagai tersangka.
"KPK meningkatkan perkara ke penyidikan dengan penetapan dua orang sebagai tersangka, Yaitu ATB (Antonius Tonny Budiono), Dirjen Perhubungan laut dan APK (Adiputra Kurniawan), Komisaris PT AGK (Adhi Guna Keruktama)," kata Wakil Ketua KPK, Basaria Panjaitan dalam konferensi pers di Gedung KPK, semalam.
Dalam OTT tersebut KPK menangkap lima orang. Orang pertama yang ditangkap adalah Antonius di rumah dinasnya Mess Perwira, Gunung Sahari, Jakarta Pusat, Rabu (23/8) sekitar pukul 21.45 WIB.
Kemudian pada Kamis (24/8), KPK menangkap empat orang lainnya secara maraton. Mulai dari Manajer Keuangan PT AGK berinisial S, Direktur PT AGK inisial DG. Keduanya ditangkap di kantor PT AGK di Sunter, Jakarta Utara, sekitar pukul 10.00 WIB.
Lalu, sekitar pukul 14.30 WIB, penyidik KPK menangkap komisaris PT AGK Adiputra di apartemennya kawasan Kemayoran, Jakpus. Terakhir penyidik KPK mengamankan Kepala Subdirektorat Pengerukan dan Reklamasi Ditjen Hubla Kemenhub berinisial W di kantornya sekitar pukul 15.00 WIB.
Tonny diduga menerima suap lebih dari Rp 20 miliar. Basaria merinci, sebesar Rp 18,9 miliar dalam bentuk pecahan mata uang rupiah, dolar Amerika, ringgit Malaysia, Euro dan Poundsterling. Uang tersebut dimasukan ke dalam 33 tas yang ditemukan di mess Tonny, Jalan Gunung Sahari. Di sana KPK juga menemukan empat kartu ATM dalam penguasaan Tonny. Salah satu saldo dalam ATM itu sekitar Rp 1,174 miliar. (mc/bic)
"Ya sangat mengecewakan dan perlu saya ingatkan kepada seluruh pejabat agar tidak melakukan itu (korupsi) lagi," kata Jokowi di Monas, Jakarta, Minggu (27/8) seperti dilansir Mederka.com.
Jokowi menyatakan, telah berulang kali meminta agar seluruh lembaga negara memperbaiki sistem. Akan tetapi, dia mengakui masalah korupsi kembali kepada integritas dan moralitas para pejabat meski sistem telah terbangun dengan baik.
"Dan berkali-kali saya sampaikan perbaiki sistem, perbaiki sistem. Tapi juga ini terkait dengan integritas, moralitas dari pejabat kita," tegasnya.
"Yang sudah ditangkap baik OTT atau saber pungli kan sudah bukan puluhan, sudah ratusan atau mungkin bahkan ribuan. Tapi menyangkut orang kan," sambung mantan Wali kota Solo itu.
Diketahui, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menangkap tangan orang nomor satu di direktorat tersebut. Antonius Tonny Budiono yang dulu bicara tegas soal kasus pungli yang menjerat anak buahnya, kini justru ditangkap dan ditetapkan sebagai tersangka atas kasus suap proyek pengerukan pelabuhan Tanjung Mas Semarang dari tahun 2016 hingga 2017. Tidak hanya Tonny, Komisaris PT Adhi Guna Keruktama, Adiputra Kurniawan juga ditetapkan sebagai tersangka.
"KPK meningkatkan perkara ke penyidikan dengan penetapan dua orang sebagai tersangka, Yaitu ATB (Antonius Tonny Budiono), Dirjen Perhubungan laut dan APK (Adiputra Kurniawan), Komisaris PT AGK (Adhi Guna Keruktama)," kata Wakil Ketua KPK, Basaria Panjaitan dalam konferensi pers di Gedung KPK, semalam.
Dalam OTT tersebut KPK menangkap lima orang. Orang pertama yang ditangkap adalah Antonius di rumah dinasnya Mess Perwira, Gunung Sahari, Jakarta Pusat, Rabu (23/8) sekitar pukul 21.45 WIB.
Kemudian pada Kamis (24/8), KPK menangkap empat orang lainnya secara maraton. Mulai dari Manajer Keuangan PT AGK berinisial S, Direktur PT AGK inisial DG. Keduanya ditangkap di kantor PT AGK di Sunter, Jakarta Utara, sekitar pukul 10.00 WIB.
Lalu, sekitar pukul 14.30 WIB, penyidik KPK menangkap komisaris PT AGK Adiputra di apartemennya kawasan Kemayoran, Jakpus. Terakhir penyidik KPK mengamankan Kepala Subdirektorat Pengerukan dan Reklamasi Ditjen Hubla Kemenhub berinisial W di kantornya sekitar pukul 15.00 WIB.
Tonny diduga menerima suap lebih dari Rp 20 miliar. Basaria merinci, sebesar Rp 18,9 miliar dalam bentuk pecahan mata uang rupiah, dolar Amerika, ringgit Malaysia, Euro dan Poundsterling. Uang tersebut dimasukan ke dalam 33 tas yang ditemukan di mess Tonny, Jalan Gunung Sahari. Di sana KPK juga menemukan empat kartu ATM dalam penguasaan Tonny. Salah satu saldo dalam ATM itu sekitar Rp 1,174 miliar. (mc/bic)