TANJUNGPINANG (Beritaintermezo.com) - Raihan anugerah Adipura Buana di tahun 2016 ini membuat Walikota Tanjungpinang Lis Darmansyah kedepannya menargetkan kembali meraih anugerah Adipura tertinggi yakni Adipura Paripurna.
Hal tersebut disampaikan Lis usai menerima anugerah Adipura Buana yang diberikan langsung oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla, didampingi Menteri Lingkungan Hidup, Siti Nurbaya Bakar, di Istana Kesultanan Siak Sri Inderapura, Kabupaten Siak, Provinsi Riau, Jumat (22/7).
Dikatakanya, persyaratan untuk memperoleh anugerah Adipura akan semakin sulit pada tahun-tahun mendatang. Meski begitu, secara bertahap, Lis yakin Kota Tanjungpinang dapat meraih anugerah Adipura.
"Untuk tahun 2017, kita usahakan memperoleh anugerah Adipura kategori berbeda. Dengan begitu, tidak menutup kemungkinan Adipura Paripurna dapat diperoleh," ujar Lis usai menerima Piala Adipura Buana tersebut.
Kategori Adipura lainnya yang ingin dicapai, kata Lis, adalah Adipura Kirana. Adipura Kirana menggabungkan lingkungan dan ekonomi untuk mewujudkan kota yang menarik investasi dan pariwisata. Meliputi, transparansi, akuntabilitas, mandiri dan tanggung jawab. Dimana lingkungan dan TTI (Trade, Tourism, Investment) tidak dapat dipisahkan di sebuah kota.
Dikatakan Lis, terdapat perbedaan teknis dalam penilaian Adipura di tahun 2017 mendatang. Contohnya jika tahun sebelumnya pemantauan dilakukan sebanyak dua kali, maka di tahun 2017, pemantauan hanya dilakukan satu kali, dan tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.
Selain itu, akan ditambah satu kriteria penilaian yaitu reklamasi lahan pasca tambang.
"Karena itu, awal Agustus 2017 ini kami akan melaksanakan evaluasi untuk membicarakan apa-apa saja kekurangan tahun 2016, serta apa saja peraturan baru untuk penilaian 2017 nanti," ujarnya.
Ada beberapa kelemahan Kota Tanjungpinang dalam penilaian Adipura 2016. Seperti kebersihan pasar, pemilahan sampah dan pemanfaatan sampah sebagai biogas.
Tapi, Lis yakin kekurangan tersebut akan dapat ditutupi. "Pertama kita kan sedang dalam tahap pembangunan pasar dan untuk biogas kita akan melihat kemampuan anggaran terlebih dahulu. Nanti bertahap kita penuhi," ujar Lis.
Biogas belum bisa disalurkan ke masyarakat untuk dimanfaatkan. Salah satunya sebagai bahan bakar. Karena instalasi penyalur biogas tergolong mahal. Belum lagi antara pengelolaan sampah dan perumahan terdekat memiliki jarak yang jauh, yaitu sekitar 1,5 km.
"Diperkirakan untuk instalasi itu akan menghabiskan Rp 500-700 juta," pungkasnya.
Sementara itu, sebelumnya Jusuf Kalla memimpin peringatan Hari Lingkungan Hidup (HLH) se-Dunia di Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Pada peringatan HLH yang baru pertama sekali dilaksanakan di luar lingkungan Istana Negara tersebut, Kalla memberikan penegasan khusus terhadap upaya menciptakan kondisi lingkungan yang lebih baik.
"Kita memperingati Hari Lingkungan Hidup hari ini berarti kita memperingati kehidupan kita di dunia. Bukan saja untuk saat ini, tapi juga untuk masa yang akan datang. Jadi, jangan hanya berbicara tentang hari ini, tapi juga berbicara dan berbuatlah untuk masa depan sesuai tema, "Selamatkan Tanaman dan Satwa Liar" Ini perlu kita introspeksi lebih jauh fungsi dan peranannya," kata Kalla.
Disambungnya, jangan hanya berbicara permasalahan lingkungan, menyelamatkan lingkungan hanya menjadi tanggung jawab negara dan pemerintah.
Lingkungan itu berbicara tentang makhluk hidup. Karena itulah, tanggung jawab untuk menjaga kelestarian, menciptakan lingkungan dan tempat hidup yang lebih baik itu menjadi kewajiban semua pihak. Kalla juga memberikan penegasan, kalau upaya menjaga kelestarian lingkungan adalah kewajiban semua pihak. Karenanya, harus benar-benar muncul dari kesadaran.
"Jadi jangan pula kita sampai memperbaiki lingkungan karena niatnya hanya ingin mendapat penghargaan. Namun benar-benar dilakukan untuk masa depan," tutu Kalla.(omri)
Hal tersebut disampaikan Lis usai menerima anugerah Adipura Buana yang diberikan langsung oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla, didampingi Menteri Lingkungan Hidup, Siti Nurbaya Bakar, di Istana Kesultanan Siak Sri Inderapura, Kabupaten Siak, Provinsi Riau, Jumat (22/7).
Dikatakanya, persyaratan untuk memperoleh anugerah Adipura akan semakin sulit pada tahun-tahun mendatang. Meski begitu, secara bertahap, Lis yakin Kota Tanjungpinang dapat meraih anugerah Adipura.
"Untuk tahun 2017, kita usahakan memperoleh anugerah Adipura kategori berbeda. Dengan begitu, tidak menutup kemungkinan Adipura Paripurna dapat diperoleh," ujar Lis usai menerima Piala Adipura Buana tersebut.
Kategori Adipura lainnya yang ingin dicapai, kata Lis, adalah Adipura Kirana. Adipura Kirana menggabungkan lingkungan dan ekonomi untuk mewujudkan kota yang menarik investasi dan pariwisata. Meliputi, transparansi, akuntabilitas, mandiri dan tanggung jawab. Dimana lingkungan dan TTI (Trade, Tourism, Investment) tidak dapat dipisahkan di sebuah kota.
Dikatakan Lis, terdapat perbedaan teknis dalam penilaian Adipura di tahun 2017 mendatang. Contohnya jika tahun sebelumnya pemantauan dilakukan sebanyak dua kali, maka di tahun 2017, pemantauan hanya dilakukan satu kali, dan tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.
Selain itu, akan ditambah satu kriteria penilaian yaitu reklamasi lahan pasca tambang.
"Karena itu, awal Agustus 2017 ini kami akan melaksanakan evaluasi untuk membicarakan apa-apa saja kekurangan tahun 2016, serta apa saja peraturan baru untuk penilaian 2017 nanti," ujarnya.
Ada beberapa kelemahan Kota Tanjungpinang dalam penilaian Adipura 2016. Seperti kebersihan pasar, pemilahan sampah dan pemanfaatan sampah sebagai biogas.
Tapi, Lis yakin kekurangan tersebut akan dapat ditutupi. "Pertama kita kan sedang dalam tahap pembangunan pasar dan untuk biogas kita akan melihat kemampuan anggaran terlebih dahulu. Nanti bertahap kita penuhi," ujar Lis.
Biogas belum bisa disalurkan ke masyarakat untuk dimanfaatkan. Salah satunya sebagai bahan bakar. Karena instalasi penyalur biogas tergolong mahal. Belum lagi antara pengelolaan sampah dan perumahan terdekat memiliki jarak yang jauh, yaitu sekitar 1,5 km.
"Diperkirakan untuk instalasi itu akan menghabiskan Rp 500-700 juta," pungkasnya.
Sementara itu, sebelumnya Jusuf Kalla memimpin peringatan Hari Lingkungan Hidup (HLH) se-Dunia di Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Pada peringatan HLH yang baru pertama sekali dilaksanakan di luar lingkungan Istana Negara tersebut, Kalla memberikan penegasan khusus terhadap upaya menciptakan kondisi lingkungan yang lebih baik.
"Kita memperingati Hari Lingkungan Hidup hari ini berarti kita memperingati kehidupan kita di dunia. Bukan saja untuk saat ini, tapi juga untuk masa yang akan datang. Jadi, jangan hanya berbicara tentang hari ini, tapi juga berbicara dan berbuatlah untuk masa depan sesuai tema, "Selamatkan Tanaman dan Satwa Liar" Ini perlu kita introspeksi lebih jauh fungsi dan peranannya," kata Kalla.
Disambungnya, jangan hanya berbicara permasalahan lingkungan, menyelamatkan lingkungan hanya menjadi tanggung jawab negara dan pemerintah.
Lingkungan itu berbicara tentang makhluk hidup. Karena itulah, tanggung jawab untuk menjaga kelestarian, menciptakan lingkungan dan tempat hidup yang lebih baik itu menjadi kewajiban semua pihak. Kalla juga memberikan penegasan, kalau upaya menjaga kelestarian lingkungan adalah kewajiban semua pihak. Karenanya, harus benar-benar muncul dari kesadaran.
"Jadi jangan pula kita sampai memperbaiki lingkungan karena niatnya hanya ingin mendapat penghargaan. Namun benar-benar dilakukan untuk masa depan," tutu Kalla.(omri)