Kolaborasi Multi Sektor di Daerah, SKK Migas Sumbagut dan KKKS Dukung Program Atasi Stunting

Kolaborasi Multi Sektor di Daerah,  SKK Migas Sumbagut dan KKKS Dukung Program Atasi Stunting

Pekanbaru (BIC)-SKK Migas Perwakilan Sumatera Bagian Utara (Sumbagut) bersama Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) berkomitmen mendukung penurunan angka stunting di Provinsi Riau melalui Program Pengembangan Masyarakat (PPM) di sektor kesehatan.

Upaya tersebut disampaikan Kepala Departemen Formalitas dan Komunikasi SKK Migas Sumbagut, Yanin Kholison S.Sos., M.Si.  dalam Seminar Nasional bertema "Upaya Penanganan Stunting di Era Transformasi Digital Kesehatan", Sabtu (26/7/2025) bertempat di Auditorium Menara Poltekkes Riau.

Seminar ini juga menghadirkan pembicara Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Riau, Prof. dr. Arfianti, M.Biomed, M.Sc., Ph.D. Dosen Poltekkes Riau, Prof. Dr. Aslis Wirda Hayati, S.P., M.Si, Dosen Universitas Hang Tuah Pekanbaru, Dr. Mitra, SKM., MKM, Dosen Universitas Indonesia, Prof. Dr. drg. Sandra Fikawati, MPH serta Ismulyadi dari CSR Officer – KKKS Bentu.

Yanin takan dukungan penanganan masalah stunting adalah wujud kolaborasi pentahelic lintas sektor, khususnya sektor industri hulu migas di daerah wilayah yang umumnya berada jauh dari kota atau di remote area.  

"Pada prinsipnya, operasi industri hulu migas yang berada di daerah harus tumbuh bersama masyarakat sekitar. Industri harus sensitif terhadap keadaan masyarakat sekitarnya. Stunting adalah agenda nasional pemerintah bidang Kesehatan yang memerlukan dukungan nyata lintas sektor, termasuk dari sektor operasi migas di daerah” jelasnya.

Yanin menambahkan, SKK Migas dan KKKS melalui Grand Design PPM dapat menjadi mitra strategis pemerintah daerah dalam membangun masyarakat yang lebih sehat, kuat dan berdaya. Kontribusi ini menjadi bagian dari tanggung jawab sosial sektor migas dalam memastikan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.

"Seminar ini menjadi ajang sharing informasi dan pengalaman penting. Berdasarkan laporan KKKS, angka stunting pada masyarakat terus menjadi perhatian pihak-pihak yang memiliki kapasitas di daerah termasuk dukungan dari Program Pengembangan Masyarakat (PPM)-KKKS," tegas Yanin.

Ia memaparkan, sebagai bentuk intervensi terhadap penanganan stunting tersebut, dilakukan secara langsung oleh KKKS di lapangan melalui program PPM yang bekerja sama dengan pemerintah daerah setempat.

Beberapa KKKS yang aktif terlibat di antaranya adalah PT Pertamina Hulu Rokan (PHR), EMP Bentu, SPR Langgak, Texcal Mahato, EMP Energi Gandewa, Imbang Tata Alam, hingga APG Westkampar Indonesia. Mereka melaksanakan program PPM di tujuh kabupaten/kota di Riau seperti Dumai, Bengkalis, Kampar, Siak, Rokan Hilir, Indragiri Hulu, dan Kepulauan Meranti.

Total penerima manfaat dari program penanggulangan stunting yang dijalankan KKKS di Provinsi Riau mencapai lebih dari 900 individu, mencakup balita, ibu hamil, kader posyandu, hingga tenaga kesehatan desa. Misalnya, program aktivasi posyandu oleh PHR di empat kabupaten telah menjangkau 215 balita, 60 ibu hamil dengan kondisi Kurang Energi Kronis (KEK), serta melibatkan 1.773 kunjungan ke posyandu. Program ini juga didukung oleh distribusi alat kesehatan ke 178 Posyandu dan pembentukan 50 Kelompok Dapur Sehat.

Sementara itu, EMP Energi Gandewa dan Pertamina EP Lirik menjalankan program edukasi dan pendampingan intensif untuk anak-anak berisiko stunting, termasuk penyediaan makanan tambahan dan peralatan monitoring gizi. SPR Langgak bekerja sama dengan Puskesmas Tandun untuk memberikan penyuluhan dan bantuan PMT bagi 35 balita, dan Texcal Mahato menyalurkan bantuan nutrisi kepada 120 ibu hamil dan anak balita melalui kerja sama dengan UPT Puskesmas Tapung.

Dalam seminar ini sejumlah materi disampaikan para narasumber yang menambah wawasan seperti Prof. dr. Arfianti, M.Biomed, M.Sc, Ph.D. menjelaskan tentang faktor genetik dan lingkungan berinteraksi dan memengaruhi perkembangan stunting anak.  

Sedangkan Prof. Dr. Aslis Wirda Hayati, SP, M.Si memaparkan teknologi terkini yang digunakan untuk deteksi dini stunting, khususnya melalui pendekatan biomolekuler berbasis biomarker Pyridinium Crosslink. Dua pembicara terakhir, Dr. Mitra, SKM, MKM dan Prof. Dr. drg. Friska Fikawati, M.P.H  membahas Intervensi Spesifik dan Sensitif dalam Penanggulangan Stunting di lapangan, serta peran aktif institusi pendidikan tinggi dalam sektor kesehatan nasional, khususnya dalam mendukung upaya penanggulangan stunting.***

#Rakyat

Index

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index